Rabu, 26 Maret 2014

Sahabat yang Saling Mencintai



 Hy.. kenalin, nama aku indah, aku biasa di panggil indah, aku tinggal di Bekasi, sekarang usia ku 19 tahun, aku sekarang kuliah di Universitas Swasta.
aku memiliki sahabat dari SMP, aku 1 sekolah dengannya,biasanya aku manggil nama dia  bongkrek, aku mulai berteman sama dia semenjak kelas 1, bongkrek adalah sosok sahabat yang baik, lucu dan selalu mendengarkan curhat ku dilain waktu saat aku bersedih.. Suatu ketika aku sama dia memendam perasaan yang sama.

indah.. “panggil aku dari arah belakang”. itu sahabatku bongkrek.

“iya krek..? ada apa?’’ indah tanya.

“pulang sekolah , ikut aku ya.. aku mau ngajak kamu ke suatu tempat.”

“oke baik.”

Setelah bel pulang sekolah, bongkrek pun langsung menghampiri indah, dia sudah berdiri tepat di ambang pintu kelasku. Dia memanggilku sambil tersenyum manis.

“indah.. ayok kita berangkat.”

bongkrek tiba-tiba memegang tanganku , menuruni anak tangga, Dan segera menuju ke area parkir. Setelah kami tiba di area parkir, bongkrek mengeluarkan motornya.

“ayok naik.” bongkrek mempersilahkan aku untuk naik ke motornya, dan kini kami berangkat meninggalkan sekolah.

kita mau kemana?’’ tanyaku kepadanya.

“ke suatu tempat. Dan kamu pasti suka.” Setelah beberapa menit di perjalanan , kami pun sampai di tempat tujuan. Ternyata bongkek mengajakku ke sebuah taman dan terpampang air mancur yang begitu indah, banyak sekali bunga-bunga yang berwarna warni.


“indah… “ panggil bongkrek kepada ku, sorotan mata tajam nya yang takkan pernah ku liat dari sebelumnya. Jantungku berdebar-debar. Aku tak mengerti tentang perasaan ku padanya, sudah 5 tahun kami bersama.. saling melengkapi satu sama lain. Tapi, tak pernah aku mengerti hubunganku dengannya.. yang aku tau, aku dan dia bersahabat.

“bongkrek, kok nangis?’’ tanyaku padanya. bongkrek meneteskan air matanya perlahan demi perlahan . ku apus air matanya yang membasahi kedua pipinya..

“aku gak nangis, aku Cuma bahagia aja punya sahabat kaya kamu.” Di usap rambutku dengan kelembutan tangannya. bongkrek memang sahabatku , dan juga kakak bagiku. karena itu aku tak mau kehilangannya.

“indah, suatu saat nanti, aku gak bisa terus berada di sisi kamu, kamu harus bisa nantinya tanpa aku. Aku gak mau terus-terusan jadi benalu yang selalu ada di hidupmu. Kamu harus bisa jalani hidup , dan mungkin tanpa aku. ingat janji kita dulu. Kalo kita akan selalu bersama.”

“bongkrek kok ngomongnya gitu, tanpa kamu hidup indah ga mungkin seceria ini. Karna kamu, hidup indah bahagia dan lebih berwarna. Kalaupun nantinya bongkrek ninggalin indah, indah akan cari bongkrek sampai kapanpun dan bakal nungguin bongkrek sampai kembali.


“tapi, inget. Kalo bongkrek gak ada di samping kamu lagi. Kamu janji harus selalu tersenyum.”

“iya, indah janji… indah tersenyum untuk bongkrek.”

Hari sudah semakin berlarut. Meninggalkan semua kisah yang ada. Taman tersebut menjadi ikatan janji mereka.

Keesokan harinya,

“indah, ini ada surat untuk kamu.”dihampirinya, Di kasihnya sepucuk surat itu untuknya yang terpampang besar siapa nama pengirim surat itu. yaitu “bongkrek” .

hati indah tiba-tiba gelisah tak menentu. Tak mengerti apa yang sedang iya rasakan saat ini. surat itu di buka perlahan - lahan.

“indah… ini aku bongkrek, maafin aku ya kemarin aku gak sempet untuk ngomong aku cinta kamu . Karna semua itu terlalu berat untukku. Mungkin, saat kamu baca surat ini aku sudah tiba di Sulawesi. Papaku dinas disana, dan terpaksa aku ikut dengannya. Maafin aku ya indah. Inget janji kita. Kamu harus tetap tersenyum. Suatu saat nanti kita pasti akan bertemu lagi.“

Di akhirinya akhir surat itu. indah yang hanya bisa diam membisu dan pucat pasi di tempat duduknya. Perlahan iya menteskan air mata dan tidak percaya akan semuanya. Tak pernah iya mengerti akan semua perasaannya. Sedih, kecewa, semuanya yang iya alami saat ini. Tak sempat iya mengatakan tentang perasaannya yang sebenernya kepada bongkrek. Cinta… mungkin ini yang aku rasakan. Perasaan itu tak pernah ku sadari sebelumnya, setelah kepergianmu baru aku menyadari.. cinta itu ada.

End

Rabu, 19 Maret 2014

Tradisi & Hukum Adat Banten





Perayaan adat Seba, menurut warga Baduy, merupakan peninggalan leluhur tetua yang harus dilaksanakan sekali dalam setiap tahun. Acara itu digelar setelah musim panen ladang huma, bahkan tradisi sudah berlangsung ratusan tahun sejak zaman Kesultanan Banten di Kabupaten Serang.

Seba itu sediri merupakan menyerahan hasil tani atau hasil bumi pada pemerintah setempat yang biasa kita sebut dengan upeti pada kerajaan, itu semua merupakan rasa syukur masyarakat baduy luar dan baduy dalam karena mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah.

Baduy Dalam, berseragam serba putih-putih hingga kini masih mempertahankan adat mereka. Baduy Dalam pergi kemana-mana selalu ditempuh berjalan kaki. Mereka tidak diperbolehkan menggunakan kendaraan, termasuk mengikuti upacara Seba dengan berjakan kaki sepanjang 50 Km. Bagi Baduy Luar yang berseragam hitam-hitam kehidupannya lebih modern, dan mereka kemana-kemana menggunakan kendaraan bahkan di zaman sekarang ini juga banyak warga Baduy Luar memiliki telepon seluler (ponsel).

Prosesi upacara Seba suatu kewajiban yang harus dilaksanakan dan menjadikan ketetapan Lembaga Adat Masyarakat Baduy yang diterapkan dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. "Seba itu titipan adat yang harus dijalankan karena jika tidak dilaksanakan khawatir kami kualat.

"Sebagai rasa syukur, kami tak seberapa memberikan hasil pertanian, tetapi kedatangan ke sini hanya menjalin hubungan erat bersama pemerintah daerah.

Hukum Adat Leluhur Baduy
Gunung tak diperkenankan dilebur
Lembah tak diperkenankan dirusak
Larangan tak boleh di rubah
Panjang tak boleh dipotong 
Pendek tak boleh disambung
yang bukan harus ditolak yang jangan harus dilarang 
yang benar haruslah dibenarkan

Masyarakat Baduy sejak dahulu memang selalu berpegang teguh kepada seluruh ketentuan maupun aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Pu’un (Kepala Adat). Kepatuhan kepada ketentuan-ketentuan tersebut menjadi pegangan mutlak untuk menjalani kehidupan bersama. Selain itu, didorong oleh keyakinan yang kuat, hampir keseluruhan masyarakat Baduy Luar maupun Baduy Dalam tidak pernah ada yang menentang atau menolak aturan yang diterapkan sang Pu’un. Setelah kami terjun langsung melakukan observasi, terbukti bahwa dengan menjalani kehidupan sesuai adat dan aturan yang ditetapkan oleh Kepala Adat di sana.


Pernikahan
Di dalam proses pernikahan yang dilakukan oleh masyarakat Baduy hampir serupa dengan masyarakat lainnya. Namun, pasangan yang akan menikah selalu dijodohkan dan tidak ada yang namanya pacaran. Orang tua laki-laki akan bersilaturahmi kepada orang tua perempuan dan memperkenalkan kedua anak mereka masing-masing.
Setelah mendapatkan kesepakatan, kemudian dilanjutkan dengan proses 3 kali pelamaran.

Hukum di Tatanan Masyarakat Baduy
Menurut keterangan Bapak Mursyid, Wakil Jaro Baduy Dalam, beliau mengatakan bahwa di lingkungan masyarakat Baduy, jarang sekali terjadi pelanggaran ketentuan adat oleh anggota masyarakatnya. Dan oleh karenanya, jarang sekali ada orang Baduy yang terkena sanksi hukuman, baik berdasarkan hukum adat maupun hukum positif (negara). Jika memang ada yang melakukan pelanggaran, pasti akan dikenakan hukuman. Seperti halnya dalam suatu negara yang ada petugas penegakkan hukum, Suku Baduy juga mempunyai bidang tersendiri yang bertugas melakukan penghukuman terhadap warga yang terkena hukuman. Hukum baduy ada 2 pelanggaran, yang terdiri atas pelanggaran berat dan pelanggaran ringan.

Hukuman ringan 
biasanya dalam bentuk pemanggilan sipelanggar aturan oleh Pu’un untuk diberikan peringatan. Yang termasuk ke dalam jenis pelanggaran ringan antara lain cekcok atau beradu-mulut antara dua atau lebih warga Baduy.

Hukuman Berat  
diperuntukkan bagi mereka yang melakukan pelanggaran berat. Pelaku pelanggaran yang mendapatkan hukuman ini dipanggil oleh Jaro setempat dan diberi peringatan. Selain mendapat peringatan berat, siterhukum juga akan dimasukan ke dalam lembaga pemasyarakatan (LP) atau rumah tahanan adat selama 40 hari. Selain itu, jika hampir bebas akan ditanya kembali apakah dirinya masih mau berada di Baduy Dalam atau akan keluar dan menjadi warga Baduy Luar di hadapan para Pu’un dan Jaro. Masyarakat Baduy Luar lebih longgar dalam menerapkan aturan adat dan ketentuan Baduy.

Rutannya Orang Baduy, atau lebih tepat disebut tahanan adat, sangat jelas berbeda dengan yang dikenal masyarakat umum di luar Baduy. Rumah Tahanan Adat Baduy bukanlah jeruji besi yang biasa digunakan untuk mengurung narapidana di kota-kota.